You are currently viewing Pertukaran Pembelajaran Solidaritas Perempuan dalam Penghidupan di Pulau Pari

Pertukaran Pembelajaran Solidaritas Perempuan dalam Penghidupan di Pulau Pari

  • Post author:
  • Post category:Event

“Kisah Perempuan, Pangan Lokal, dan Perlawanan terhadap Ancaman Tenggelamnya Pulau Pari”

 

Pulau Pari, salah satu dari 104 pulau di Kepulauan Seribu, Jakarta ini menyimpan keindahan yang memesona. Hamparan hutan mangrove, laut yang jernih, dan kekayaan pangan lokal. Tetapi di balik itu, pulau kecil ini sedang dihadapkan dengan ancaman kehilangan daratan. Permukaan air laut naik 5-10 cm setiap tahunnya. Hilangnya garis pantai ini mengubah kehidupan masyarakat, terutama perempuan yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan dan ekowisata. Salah satu bencana yang nyata terjadi adalah seringnya terjadi banjir rob di Pulau Pari.

Konsorsium PARARA merasa penting untuk menjadikan pulau sebagai lokasi pelaksanaan Pertukaran Pembelajaran Solidaritas Perempuan dalam Penghidupan. Dengan menghadirkan komunitas perempuan, pemuda, pegiat, ilmuwan, dan praktisi. Acara yang menjadi penutup dari rangkaian kegiatan PARARA Women’s Day 2025  ini dibuat dengan tujuan dapat menciptakan ruang diskusi yang inklusif untuk membuka peluang pembelajaran bersama.

Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga yang tergabung dalam konsorsium PARARA, yakni Terasmitra sendiri, WARSI dari Padang-Sumatera Barat, Kelompok Perempuan Asa dari Makassar, Kelompok Perempuan Pari dan Kelompok Ekowisata Pulau Pari sebagai tuan rumah, WALHI Nasional, LBH APIK dari Semarang, Yayasan Alifa, Kelompok Pemuda Tani dari Pasuruan-Jawa Timur, Kelompok Perempuan Sulawesi Selatan, WWF Indonesia, KIARA, BPAN, Samdhana, PPNI, Climate Rangers, dan Kelompok Orang Muda Kalimantan Barat.

Kunjungan ke Pulau Pari ini bukan hanya sekadar kunjungan pembelajaran, tetapi juga merupakan bentuk dukungan berkelanjutan terhadap advokasi perempuan dan warga yang berjuang untuk pulau mereka, mata pencaharian mereka, serta keselamatan jangka panjang mereka. Dengan mempertemukan berbagai pihak, kegiatan ini bertujuan untuk membangun kesadaran bersama tentang pentingnya keanekaragaman hayati, ketangguhan, transfer pengetahuan lintas generasi, dan pembelaan hak asasi manusia.

Sesi diskusi dengan tema “Ekowisata dan Usaha Lokal”. (Dok: PARARA)

Pada hari pertama, Terasmitra menjadi moderator untuk sesi diskusi dengan tema “Ekowisata dan Usaha Lokal”. Dalam sesi ini, mendatangkan narasumber dari Kelompok Perempuan Fatimah Asa Makassar; Ibu Eni, Kelompok Perempuan Ruhama dari Sumatera Barat; Ibu Rita, Pengelola Ekowisata Pulau Pari; Pak Robby), dan Perwakilan WALHI Nasional; Ibu Uslaini. Dalam sesi ini, banyak membahas praktik baik gerakan perempuan dari masing-masing lembaga dan bagaimana tantangan, strategi, dan harapan gerakan perempuan ke depan.

Sesi berikutnya bahas tentang “Perempuan Pembela HAM”. Dalam sesu ini yang menjadi narasumber, yakni dari LBH Apik Semarang, WALHI Nasional, dan Kelompok Perempuan Pulau Pari. Dalam sesi ini banyak membahas terkait perjuangan perempuan pembela Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka tidak hanya memperoleh tantangan dari lembaga pemerintah yang menentang. Tetapi juga tantangan internal dalam keluarga, sampai masalah mental yang berdampak pada kehidupan pribadi perempuan. Hal ini sangat berpengaruh sangat pada keberlanjutan lembaga dan kelompok perempuan.

Sesi terakhir di hari pertama ada Demo Masak yang difasilitasi oleh Yayasan ALIFA; Ibu Bibong. Dalam sesi masak ini teman-teman peserta diajak membuat makanan lokal dari Makassar.

Di hari kedua, dalam diskusi dengan tema “Berbagi Pengetahuan antar generasi dan Perubahan Iklim” para peserta menemukan dan menyadari bagaimana kelompok perempuan terkena dampak dari perubahan iklim lewat ilustrasi yang dibuat oleh teman-teman dari Climate Rangers.

Selain itu, peserta juga melakukan wawancara penduduk Pulau Pari dalam rangka pemetaan pangan lokal. Dari hasil wawancara ini diperoleh makanan lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat Pulau Pari. Ada Gelang; jenis sayuran yang tumbuh di pesisir pantai, Blencong; salah satu jenis gastropoda yang mengandung protein, Kecundang; jenis umbi-umbian yang bisa dibuat menjadi tepung seperti Sagu yang mengandung karbohidrat. 

Gelang; jenis sayuran yang tumbuh di pesisir pantai. (Dok: PARARA)
Blencong; salah satu jenis gastropoda yang mengandung protein. (Dok: PARARA)

Hari terakhir, peserta melakukan penanaman Mangrove di pesisir pantai Rengge. Ini sebagai bentuk upaya untuk menangani perubahan iklim. Mangrove sendiri selain memiliki kemampuan melindungi pesisir dari abrasi, tetapi juga berfungsi untuk menyerap dan menyimpan karbon.

Pulau Pari salah satu dari 104 pulau di gugusan Kepulauan Seribu ini mungkin kecil. Masyarakat disana sedang berjuang melawan tantangan perubahan iklim yang terjadi. Perempuan-perempuan di Pulau Pari menjadi garda terdepan menyelamatkan pulau. Hal ini mengajarkan kita bahwa melestarikan alam bukan hanya soal menyelamatkan pohon atau laut, tapi juga menjaga martabat dan masa depan generasi.

*

Selia Nangi, Lia de Ornay