You are currently viewing Tenun & Para Penjaga Identitas

Tenun & Para Penjaga Identitas

  • Post author:
  • Post category:Buku

Seperti layaknya tradisi masyarakat di kawasan Timor, sebuah perjumpaan diawali dengan perjamuan sirih pinang. Ini sebagai tanda penghormatan dan kerendahan hati dari tuan rumah kepada tamu yang berkunjung ke rumah mereka, sekaligus sebagai media untuk membicarakan maksud dan tujuan kunjungan. Begitu pula dengan buku ini. Bagian Sirih Pinang ini disajikan untuk menghormati Anda yang telah meluangkan waktu untuk membaca buku ini, juga sebagai tanda kerendahan hati penyusun buku, sekaligus bagian untuk menjelaskan latar belakang penerbitan buku ini, sebelum mengajak pembaca untuk menikmati sajian utama dalam bagian demi bagian yang disampaikan penulis dengan cara bertutur yang mengalir dan apik.

Inspirasi penerbitan buku ini bersumber dari perjuangan kaum perempuan masyarakat adat Tiga Batu Tungku: Mollo, Amanatun, dan Amanuban di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Para perempuan penenun berjuang melawan perusakan lingkungan yang hadir melalui perusahaan tambang marmer dengan menggunakan media tenun.

Dari inspirasi itu, kami melakukan proses penelusuran di lapangan, dan menemukan banyak kenyataan lain, tenun ternyata punya makna yang begitu luas bagi masyarakat Timor, antara lain sebagai identitas budaya, pelestari lingkungan, alat ekonomi, hingga arsip pengetahuan dan pengalaman yang tumbuh terus menerus dari waktu ke waktu.

Buku ini akhirnya terbit setelah melalui proses yang cukup panjang. Memakan waktu hampir lima tahun. Penulis dan tim penyusun yang berasal dari lembaga-lembaga seperti Poros Photo, Perhimpunan LAWE, Organisasi Attaemamus (OAT), dan didukung GEF SGP, perlu untuk mengumpulkan data dengan mengunjungi sembilan kelompok tenun di delapan desa di Kabupaten TTS yang letaknya cukup terpencil, memilah informasi yang dikumpulkan, mendiskusikan dengan banyak teman, menganalisis, menuliskannya, dan mengemasnya dalam bentuk buku seperti yang sekarang ini Anda nikmati.

Dalam perjalanan penyusunan buku ini, tim juga terlibat dalam proses-proses pengembangan produk dasar tenun, melibatkan perancang busana, dan mempromosikan hasil-hasilnya kepada publik yang lebih luas. Ya, buku ini lahir dari proses riset aksi, mengumpulkan informasi sambil melakukan aksi-aksi nyata mendukung gerakan tenun di masyarakat adat.

Berbeda dengan kebanyakan buku bertema tenun yang sibuk dengan eksotisme motif, buku ini mencoba untuk menukik lebih dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa dan mengapa para perempuan Mollo, Amanatun, dan Amanuban menenun. Di dalamnya terkuak banyak hal, dari betapa pentingnya tenun sebagai identitas budaya orang Timor, proses pembelajaran yang berkesinambungan dari satu generasi ke generasi berikutnya, keterkaitan dengan keaneragaman hayati dan kearifan lokal, kegigihan para perempuan berjuang (tidak saja untuk ekonomi keluarga, tapi juga untuk kelestarian lingkungan), krisis lingkungan yang terjadi, keengganan me-nenun di kalangan anak muda yang lebih senang migrasi keluar kampung, hingga upaya untuk membalikkan situasi yang ada. Buku ini pada akhirnya menjadi semacam dokumentasi pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam satu periode waktu.

Kami berharap, buku ini dapat memperkaya pengalaman dan penghargaan kita terhadap tenun, serta membangun solidaritas kita terhadap para perempuan penenun. Sehingga, dapat membangun hubungan yang berbeda, seperti yang dikatakan Siti Maimunah dalam pengantar di buku ini,

sebuah hubungan yang unik dengan penerimaan tenun bukan lagi sehelai kain yang cantik, tapi penghargaan sebagai arsip dalam ketubuhan perempuan.

 

Catharina Dwihastarini,
Koordinator Nasional GEF SGP

 

Daftar Pustaka:

Maimunah, Siti. 2017. Tenun dan Para Penjaga Identitas. Jakarta: Poros Photo, Perhimpunan Lawe, Organisasi Attaemamus (OAT), dan GEF SGP Indonesia