GEF SGP Indonesia telah mendukung lebih dari 500 inisiatif pengelolaan sumber daya selama hampir tiga dekade program ini berjalan di Indonesia. Pada tahun 2011, GEF SGP Indonesia menginisiasi pembentukan Terasmitra untuk membantu para mitra mengembangkan kewirausahaan sosial yang ramah lingkungan. Dalam pelaksanaan program Fase 6 (2017–2021), GEF SGP Indonesia dan Terasmitra meluncurkan inisiatif Learning from the East (BdT).

Inisiatif BdT bertujuan untuk melibatkan pemuda perkotaan dalam pengorganisasian, pelatihan, pendampingan, dan pengembangan produk komunitas akar rumput di pedesaan. Inisiatif ini telah dilaksanakan dalam tiga angkatan, yaitu BdT Yogyakarta, BdT Kupang, dan BdT Bali. BdT Yogyakarta berhasil melahirkan tiga kelompok pemuda perkotaan asal Yogyakarta yang mendampingi kelompok masyarakat di Pulau Semau, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Pulau Kaledupa, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. BdT Kupang menyelenggarakan pelatihan rencana bisnis bagi lebih dari 19 kelompok masyarakat. Sementara itu, BdT Bali membentuk kelompok muda untuk melakukan kerja pengorganisasian dan pendampingan masyarakat di Nusa Penida guna menciptakan peluang usaha di Pulau Nusa Penida.

Kelompok-kelompok yang lahir dan didukung oleh inisiatif ini saat ini sedang dalam proses kerja lapangan. Beberapa di antaranya telah menghasilkan hasil signifikan yang layak dipublikasikan kepada publik, sebagaimana dituangkan dalam buku kecil ini. Kelompok-kelompok tersebut antara lain Kelompok Semau Muda yang mendukung dan memasarkan hasil panen petani sorgum di Pulau Semau; Kelompok Akar Embun yang mendukung, melatih, dan memasarkan produk-produk berbasis mangrove yang dihasilkan oleh kelompok ibu-ibu di Pulau Kaledupa; dan Kelompok Lokamuda yang membangun destinasi wisata ekologi berbasis masyarakat di Pulau Nusa Penida.

Penerbitan buku ini berupaya untuk menggambarkan proses, hasil, dan tantangan yang dihadapi oleh kelompok-kelompok muda tersebut. Harapannya, apa yang dituangkan dalam buku ini dapat menggugah generasi muda untuk bersedia berpartisipasi dalam proses pemberdayaan masyarakat di daerah pedesaan yang memiliki banyak keterbatasan dan jauh dari jangkauan. Dan pada akhirnya, menciptakan jaringan sosial masyarakat perkotaan dan pedesaan untuk saling menguntungkan. Selamat membaca.

Daftar Pustaka: