Koalisi KOPI kembali mengadakan residensi keempat, sekaligus menandai pembukaan Sekolah Kampung baru di Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Residensi kali ini istimewa karena melibatkan peserta dari lima Komite Eksekutif Daerah (KED) Koalisi KOPI yang telah menjalankan Sekolah Kampung di wilayah masing-masing, yaitu KED MuraRame (Flores Timur), KED Timor, KED Manggarai, KED Sumba Timur, dan KED Ende. Mereka hadir untuk berbagi pengalaman dalam mengelola Sekolah Kampung sekaligus mendukung KED Lembata yang baru memulai Sekolah Kampungnya.
Residensi yang berlangsung pada 9–14 Mei 2025 ini mengangkat tema “Konservasi Habitat Mangrove”, sejalan dengan fokus KED Lembata dalam upaya restorasi mangrove di Ujung Timur Bandara Wunopito. Kegiatan dibuka dengan sambutan hangat dari Pemerintah Desa Kolontobo, termasuk Kepala Desa, Ketua BPD, dan perangkat desa lainnya, sebelum berlanjut ke lokasi utama kegiatan di Ekowisata Pantai Ohe (EPO).
Apa Saja yang Dipelajari dalam Residensi Ini?
Sekolah Kampung Koalisi KOPI: Ruang Belajar Perubahan Iklim
Berbeda dari Sekolah Kampung yang didampingi Terasmitra sebelumnya, Sekolah Kampung Koalisi KOPI adalah Sekolah Kampung Perubahan Iklim. Artinya, akan banyak mendalami isu-isu perubahan iklim, mitigasi dan adaptasinya.
Dengan tetap menerapkan 3 pilar utama Sekolah Kampung, yakni Ruang Aman, Ruang Belajar, dan Basis Produksi.
Peer Coach: Ruang Aman untuk Berbagi
Pasca pelatihan Peer Coach pada Agustus 2024 yang diadakan oleh Komite Eksekutif Flobamoratas (KEF) Koalisi KOPI. Dalam residensi ini, Om Dicky Lopulalan kembali memfasilitasi sesi ini dengan metode yang lebih mudah dipraktikkan. Peer Coach membantu menciptakan ruang aman bagi anggota KED untuk saling mendukung dan berkolaborasi.

Business Model Canvas (BMC): Merancang Bisnis Berkelanjutan
Sekolah Kampung di Lembata baru dibentuk. Sehingga penting untuk mereka memahami perencanaan bisnis.
Dengan bimbingan Om Yurgen Nubatonis, mereka menyusun BMC. Ini menjadi penting agar teman-teman di Sekolah Kampung Lembata mampu memahami bagaimana merancang dua basis produksi yang akan dijalankan, yakni:
- Merchandise
- Paket Pembibitan Mangrove
Muro: Kearifan Lokal dalam Konservasi Laut
Peserta juga belajar dari Om Benediktus Bedil dan kak Sherly dari Yayasan Barakat tentang Muro; kawasan laut yang dilindungi dan dijaga oleh masyarakat. Salah satunya ada di desa Kulontobo.
Kawasan ini terbagi atas tiga zona, yakni:
🔴 Zona Inti (Bendera Merah): ada larangan untuk mengambil sumber daya.
🟡 Zona Penyangga (Bendera Kuning): pemanfaatan kawasan ini sangat terbatas.
🟢 Zona Pemanfaatan (Bendera Hijau) – kawasan yang boleh dimanfaatkan sumber dayanya.

Selain itu, dilakukan juga riset observasi flora, fauna, dan bangunan di sekitar Pantai Ohe. Peserta dibagi menjadi empat kelompok untuk mewawancarai berbagai pihak, termasuk: Kepala Desa Kolontobo, Ketua Badan Pengurus Desa (BPD), tokoh adat, dan masyarakat setempat. Meski memakan waktu lama, antusiasme peserta tetap tinggi. Malam harinya, mereka dengan semangat mempresentasikan temuan dari wawancara tersebut.

Residensi ini tidak hanya teori yang diperoleh. Tetapi juga mempererat jejaring antar-KED di NTT. Dengan semangat orang muda NTT, Koalisi KOPI terus mendorong inisiatif lokal yang berdampak pada lingkungan dan ekonomi masyarakat.
*