Lofilda Neno Sikas, Ketua Kelompok Tenun Tafean Pah di Desa Sainiup, menyatakan orang Biboki menggunakan tenun ikat ini sejak dilahirkan. “Kami pakai kain itu sudah dari dulu, dari nenek moyang. Dari bayi sampai mati. Ke mana-mana pakai tais,” ujarnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tenun adalah hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas, sutra, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin.
Pada masyarakat Biboki, kain tenun yang berkembang adalah tenun ikat. Tenun ikat atau kain ikat ini merupakan kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsing yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang digunakan adalah alat tenun bukan mesin dan biasanya, tenun dibuat dalam skala rumah tangga.
Masyarakat Biboki yang agraris memposisikan tenun sebagai salah satu produk budaya yang harus dilestarikan: dirawat, dijaga, dan diwariskan kepada anak cucu. Tenun bukan hanya salah satu kebutuhan primer di Biboki, yaitu sandang, tetapi menyertai dan menandai tiap tahapan penting kehidupan manusianya. Tenun digunakan dalam tiap upacara adat dan ritus keagamaan. Lofilda Neno Sikas, Ketua Kelompok Tenun Tafean Pah di Desa Sainiup, menyatakan orang Biboki menggunakan tenun ikat ini sejak dilahirkan. “Kami pakai kain itu sudah dari dulu, dari nenek moyang. Dari bayi sampai mati. Ke mana-mana pakai tais,” ujarnya. Tais adalah kain sarung tenununtuk perempuan.
Kutipan dari buku Puan maestro yang menceritakan sejarah dan pentingnya tenun bagi masyarakat Biboki. Di sisi lain tenun tidak dibuat oleh orang sembarangan. Tenun Biboki adalah karya dari para perempuan maestro yang setiap karya memiliki cerita dan proses uniknya masing-masing.
Dalam buku ini kita akan disuguhkan dengan cerita para perempuan maestro tenun dalam proses membuat karya terbaik mereka.
Daftar Pustaka:
Palupi, Ning. 2023. Puan Maestro_Para Perempuan Penenun Kain Biboki. Yogyakarta: Terasmitra